Myanmar sebagai salah satu negara di kawasan Asia Tenggara dan sebagai salah satu negara anggota di ASEAN telah menempati peringkat tertinggi atau teratas se-Asia tenggara terkait survey (data) Failed State Index dari The Fund For Peace (FFP) selama kurun waktu 2011-2014. Berdasarkan tabel 1 dari tahun 2011 hingga 2014, dilihat dari total skor dinyatakan bahwa Myanmar mengalami penurunan secara bertahap. Namun dari segi peringkat, di tahun 2014 Myanmar naik dua peringkat dari tahun 2013. Walaupun dari periode 2011-2014 Myanmar mengalami penurunan skor, tetapi status Myanmar masih termasuk Alert atau waspada (dengan skor 90-120). Berdasarkan skor dan peringkatnya se-Asia Tenggara, Myanmar berada di urutan pertama selama periode 2011-2014 diantara 10 negara lainnya (lihat tabel 2). Selama periode tersebut juga, Myanmar tidak mengalami perubahan peringkat dan tetap berada di peringkat tertinggi di FSI yang dikeluarkan oleh FFP. Berdasarkan skornya, Myanmar bersama Timur Leste berstatus Alert, Singapura berstatus Stable, negara lainnya di Asia tenggara berstatus Warning. Meskipun Myanmar berada di posisi tertinggi, namun penurunan skor Myanmar lebih baik dibandingkan dengan negara Kamboja, Laos, Filipina, Thailand, Brunei, dan Singapura yang mengalami ketidakstabilan (naik dan turun) dalam periode 2011-2014.
Negara
Gagal (Failed State) dan Indeks
Negara Gagal (Failed State Index)
Terdapat beberapa pendapat mengenai apa itu negara
gagal, Ulrich Schnechener yang menyebutkan negara gagal adalah negara yang
tidak mampu dalam menjalankan atau memberikan tiga fungsi dasar negara, yaitu:
keamanan, kesejahteraan, dan legitimasi atau penegakan hukum (Schnechener,
2006). Pendapat tokoh lain mengenai definisi negara gagal, yakni Robert I.
Rotberg. Rotberg mengatakan bahwa negara gagal adalah negara yang tidak dapat
lagi menjalankan fungsi-fungsi dasarnya (pendidikan, keamanan dan pemerintahan)
yang biasanya dikarenakan kekerasan, kemiskinan yang ekstrim, dan vakumnya
kekuasaan (Rotberg, 2004). Menurut Rotberg negara gagal memiliki ciri seperti,
adanya ketegangan etnik dan komunal lainnya yang mengarah menjadi tindakan
kekerasan Peningkatan tingkat kejahatan di kota, kemampuan untuk menyediakan
barang-barang publik dalam ukuran yang memadai menurun atau menghilang,
jaringan infrastruktur fisik memburuk, sekolah dan rumah sakit menunjukkan
tanda-tanda penolakan atau penurunan, GDP perkapita dan indikator ekonomi
lainnya menurun atau jatuh, tingkat korupsi tinggi, dan terjadi pelanggaran
terhadap penegakan hukum.
Disamping itu, beberapa
lembaga, seperti The Fund For Peace
(FFP) Organization dan International Crisis Group (ICG), melihat negara gagal berdasarkan indeks
negara gagal (failed states index). Indeks ini memuat indikator, skor,
dan peringkat negara-negara di dunia dengan skala resiko status negara gagal
yang berbeda-beda. Berdasarkan data dari FFP (2014) bahwa skala negara gagal
secara umum ada empat skala (dilihat dari tingkat skor), diantaranya Alert atau waspada (90-120), warning atau peringatan (60-90), Stable atau (30-60), dan Sustainable atau berkelanjutan/aman
(10-30). Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin besar skor dan
semakin tinggi peringkatnya, maka suatu negara akan beresiko berstatus sebagai
negara gagal. FSI juga berisi indikator-indikator dalam penilanian negara
gagal, anatara lain sosial indicator
indeks, economic indicator index,
dan politci-militer indicator index
(The Fund For Peace, 2010).
Indikator
Politik-Militer, Sosial, dan Ekonomi Myanmar Tahun 2011-2014
Tabel
4. Skor Myanmar per Indikator Periode 2011-2014
Year
|
Demographic
Pressures
|
Refugees
and IDPs
|
Group
Grievance
|
Human
Flight
|
Uneven
Development
|
Poverty
and Economic Decline
|
Legitimacy
of the State
|
Public
Services
|
Human
Rights
|
Security
Apparatus
|
Factionalized
Elites
|
External
Intervention
|
2011
|
8.2
|
8.0
|
8.7
|
6.0
|
9.0
|
7.9
|
9.7
|
8.3
|
9.0
|
8.5
|
8.3
|
6.7
|
2012
|
7.9
|
8.2
|
8.7
|
5.7
|
8.7
|
7.6
|
9.4
|
8.4
|
8.6
|
7.5
|
8.6
|
6.9
|
2013
|
7.6
|
8.5
|
9
|
5.4
|
8.4
|
7.3
|
9
|
8.1
|
8.3
|
7.8
|
8.6
|
6.6
|
2014
|
7.3
|
8.2
|
9.3
|
5.3
|
8.1
|
7
|
9.3
|
8.3
|
8
|
8
|
8.6
|
6.9
|
Sumber:
The Fund For Peace (2011; 2012; 2013; 2014)
1. Indikator Politik-Militer
Dalam
FSI, indikator politik-militer terdiri dari beberapa bagian, antara lain: (1) Legitimacy of The State; (2) Public Services; (3) Human Rights; (4) Security Apparatus; (5) Factionalized
Elites; dan (5) External Intervention.
Pada periode 2011-2014, Myanmar dipimpin oleh Presiden Thein Sein, dimana pada
masa pemerintahannya merupakan transisi dari Junta militer ke arah Demokrasi
(dw.com, (n.d)). Transisi ini menyebabkan skor failed state Myanmar dalam indicator politik dan militer mengalami
penurunan sementara. Namun begitu, dilihat dari permasalahan terkait Kaum
Minoritas Rohingya, juga menyebabkan Myanmar tetap tidak bisa menurunkan status
Alert-nya.
2. Indikator Sosial
Dalam
FSI, indikator sosial terdiri dari beberapa bagian, antara lain: (1) Demographic Pressures; (2) Refugees and IDPs; (3) Group Gievance; dan (4) Human Flight. Permasalahan Sosial di
Myanmar akan saling terkait dengan kaum minoritas Rohingya. Pada masa
pemerintahan Junta Militer, Myanmar melakukan kekerasan bagi kaum Rohingya yang
menyebabkan kecaman keras dari dunia internasional. Namun setelah transisi ke
Demokrasi, pemerintah Myanmar mulai terbuka terhadap kelompok Rohingya. Namun
begitu tidak bisa dijamin atas konflik Rohingya (Agama Islam/Kaum Minoritas)
dan Rakhine (Agama Budha/Kaum Mayoritas) di Myanmar.
3. Indikator Ekonomi
Dalam
FSI, indikator ekonomi terdiri dari beberapa bagian, antara lain: (1) Uneven Development; dan (2) Poverty and Economic Decline.
Berdasarkan garafik 1, GDP Myanmar mengalami peningkatan dari tahun 2011-2014
(tahun 2013 tidak terdata). Hal ini meneimbulkan penurunan skor Myanmar. Bukan hanya itu saja, GDP per Capita Yunani
juga mengalami peningkatan yang teratur. Dilihat berdasarkan table 4, skor Uneven Development mengalami penurunan
dari 9,0 (2011) menjadi 8,1 (2014), dan Poverty
and Economic Decline juga mengalami penurunan dari 7,9 (2011) menjadi 7
(2014).
Grafik
1. Tingkat GDP Myanmar 2006-2014
Grafik
2. Tingkat GDP Per Capita Myanmar 2006-2014
Dapat disimpulkan bahwa
walaupun Myanmar berada di posisi tertinggi atau teratas dalam Failed State Indeks (FSI) menurut FFP,
namun Myanmar mengalami perbaikan atau pemulihan dengan penurunan skor FSI dari
tahun 2011-2014. Hal ini dikarenakan upaya transisi pemerintahan dari Junta
Militer yang kaku dan otoriter menjadi Demokrasi yang lebih fleksibel.
Permasalahan Rohingya juga mengalami penurunan tensi setelah Thein Sein mencoba
untuk melakukan keterbukaan terhadap Rohingya, meskipun permasalahan
Rohingya-Rakhine belum bias diatasi sepenuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Rotberg, Robert
I. (2004). Failed States, Collapse
States, Weak States: Causes and Indicators. New Jersey: Princeton
University Press
Schnechener,
Ulrich. (2006). Fragile Statehood, Armed
Non-State Actors and Security Governance, diedit oleh Alan Bryden dan
Marina Caprini. Jenewa, LIT, dan DCAF: Private Actors and Security Governance
The
Fund For Peace. (2011). The
Failed State Index 2010. Washington D.C.: The Fund For Peace
The
Fund For Peace. (2012). The
Failed State Index 2010. Washington D.C.: The Fund For Peace
The
Fund For Peace. (2013). The
Failed State Index 2010. Washington D.C.: The Fund For Peace
The
Fund For Peace. (2014). The
Failed State Index 2010. Washington D.C.: The Fund For Peace
Sumber Lain
_________.(n.d).
Myanmar GDP Per Capita. 17 Juni 2016
http://www.tradingeconomics.com/myanmar/gdp-per-capita
_________.(n.d).
Myanmar GDP. 17 Juni 2016
http://www.tradingeconomics.com/myanmar/gdp
_________.(n.d).
Rohingya Sebenarnya Bukan Konflik Agama. 17 Juni 2016.
http://www.dw.com/id/rohingya-sebenarnya-bukan-konflik-agama/a-18683571
Tidak ada komentar:
Posting Komentar